Cordia Hotel YIA: Bermalam di Hotel Bandara (Bagian 2)
Hotel bandara Yogyakarta. “Ga apa-apa, Pak, pakai troli saja, nanti petugas kami akan menjemputnya. Kamarnya ada di sebelah sana, ya, Pak,” kata resepsionis. Saya terus berjalan mengikuti Bapak. Tiba-tiba Bapak berhenti. “Kamarnya mana ya?” Wakwaw… Tadi katanya oke, hm. Tapi untung lewat Mas petugas hotel, jadi urusan kelar. Bapak menempelkan cardlock pada kotak sensor pintu. Dan, taraaa… Kasur dengan seprai putih menyambut. Bau cat bercampur bau furniture baru merasuk ke indra penciuman, karena hotel ini mulai beroperasi Maret 2020, dan saya menginap September 2020. Lah, nge-post ceritanya sekarang? Better late than never. Hihihi. Suasana baru masih begitu kental.
Desain Kamar Minimalis
Desain kamar minimalis, tetapi tetap memberi kesan cozy membuat saya bisa tidur nyenyak, padahal ngebayangi pulang kampung perasaan nano-nano. Sama seperti hotel pada umumnya, fasilitas kamar juga dilengkapi dengan AC, TV, lampu yang kondisi pencahayaannya bisa kita atur sesuai selera, mini bar, teko, pembuat kopi atau teh, Aqua, dan beberapa perlengkapan lainnya. Warna krim lebih dominan dan lantai yang berlapis karpet berbulu dengan warna biru gelap bercorak, terasa agak kasar sih, taunya pas sujud karena ga pake sajadah, menambah kesan minimalis nan elegan kamar Cordia. Terdapat lukisan atau gambar sebuah delman beserta sais di dinding tepat di atas headboard. Namun, lemari di kamar deluxe double tempat kami bobok cantik ini tidak bisa saya gunakan, mungkin dikunci. Pintunya tidak bisa saya geser atau tarik. Ya sudahlah. Malas repot harus manggil petugas. Toh, tidak begitu penting.
Kamar Mandi yang juga Minimalis
Lanjut ke kamar mandi. Masih tetap mengusung tema minimalis, kamar mandi hotel ini cukup nyaman. Air hangat yang mengucur dari shower mampu merelaksasikan otot-otot yang tegang dari lelahnya perjalanan. Karena agenda perjalanan kali ini bukan untuk liburan, terpaksa saya buru-buru dalam menyelesaikan ritual mandi. Waktu sangat singkat. Usai Magrib Bapak mengajak saya ke Malioboro. Padahal kan pengin ke candi juga. Hiks… hiks… hiks…
Baca juga: Cordia Hotel YIA: Bermalam di Hotel Bandara (Bagian 1)
Susana Hotel di Bandara Yogya yang Sepi
Jam tujuh pagi kami meninggalkan hotel. Waktu keberangkatan dari YIA ke Soetta jam sebelas siang. Begitu keluar kamar, kita akan disambut dengan lukisan, atau apa ya namanya, saya melihat seperti wallpaper yang ketika saya menuju kamar ada seorang pekerja tengah menempelnya, bernuansa budaya di dinding yang menghadap ke kamar hotel. Sebagian dalam proses penyelesaian. Saya menyempatkan diri berfoto di salah satu spot yang instagramable ini. Saat menuju lobi, saya tidak melihat keramaian. Iya, iya ingat, ini masih pandemi ye kan. Sepanjang koridor hanya kesenyapan yang terasa. Begitu juga dengan restoran, belum ada aktivitas apa pun.
Waktunya check-out. Hiks. Rasanya tambah nano-nano. Sedih campur bahagia. Berharap bisa kembali ke Jawa lagi. Karena, aku mencintai tiap jengkal tanah ini, Indonesia. Hahaha. Udah kayak 5cm aja.
Oke lah, memang tidak bisa berlama-lama, waktunya kami melanjutkan perjalanan. Terima kasih Cordia sudah memberi tempat untuk tidur yang nyaman dan pelayanan menyenangkan, sehingga tidak perlu repot mencari penginapan dan pastinya tidak buru-buru memburu pesawat.
Daaaah…. Yogya, semoga suatu hari kita bertemu kembali.
2 Komentar
Donny Suryanto
Apapun Itu menginap di Hotel Bandara itu menjadi pengalaman spesial ya, mbak Ra……Selain eksklusif, terkadang menjadi sangat beruntung jika disuguhi pemandangan runway….Walau ga sering, kadang saya mendapat rezeqi gratisan nginep di hotel bandara kalau kebagian transit lama…..Makanya bener banget kata Mbak Ra, pas mau check out kaki rasanya berat banget….Hihihi.
Rabiatul Adawiyah
Bener mas Donny. Saya baru sekali, kayaknya nagih. Hahaha.
Bakalan terkagum-kagum kalau bisa liat runway. Tapi yg ini saya kebagian tembok. ðŸ¤ðŸ˜…
Wih, mantap bisa gratisan, bisa istirahat dgn tenang. 😄
Kaki berat kayak ada yg nahan. Hahahaa. Agak melow gitu ya perasaannya kalau sedang bepergian. Huhuhu