Jalan-Jalan

Wisata Benteng Pendem Cilacap: Kustbatterij op de Landtong te Cilacap

gambar benteng pendem cilacap

Wisata Benteng Pendem Cilacap. Ternyata ada tempat wisata dekat komplek. Ya, walau ga dekat-dekat kali juga. Naik motor sekitar 19 menit. Kenapa Bapak ga bilang dari kemarin-kemarin, sih? Helo?! Sadar lah Nyonya, dua minggu tiba di perantauan langsung lockdown gimana mau pergi. Hm, iya emang. Berawal dari kerewelan saya yang minta jalan-jalan, abisnya bosan di rumah ga ada teman, belum kenal tetangga juga, salah satu hiburan pengin jalan-jalan. Jadi, Bapak ngajakin ke Benteng Pendem. Hah, Benteng Pendem? Penasaran dong saya. Setelah Bapak bilang begitu, saya langsung kegirangan dan searching di google. Informasi yang saya dapat semakin membuat penasaran. Bagaimana tidak, benteng ini menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia.

Sejarah Benteng Pendem Cilacap

Berada di pesisir pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah, benteng dengan nama Kustbatterij op de Landtong te Cilacap ini memiliki arti tempat pertahanan pantai di atas tanah menjorok ke laut menyerupai bentuk lidah. Benteng Pendem merupakan benteng peninggalan Belanda yang pembangunannya bertahap selama 18 tahun, dari tahun 1861 hingga 1879 di atas tanah seluas 10,5 hektar, dan berfungsi sebagai markas pertahanan tentara Belanda di Pantai Selatan Jawa. Pada tahun 1942 pasukan Jepang merebut benteng, tapi di akhir 1945-1950 Belanda kembali menguasainya. Di tahun 1952-1965 benteng ini menjadi markas TNI sebagai tempat latihan.

gerbang benteng pendem cilacap
Gerbang Masuk dan Keluar Benteng

Beli Tiket Memasuki Kawasan Pantai Teluk Penyu

Selamat Datang di Pantai Teluk Penyu dan Benteng Pendem Cilacap. Begitu tulisan selamat datang di pintu masuk kawasan wisata ini, lengkap dengan tiga ekor patung penyu bertengger di atas gapura tersebut. Di sana kita akan diberi tiket yang tentunya harus dibayar seharga Rp7.500,- per orang. Aroma laut mulai tercium. Angin berembus mengibarkan kerudung saya membawa hawa dingin di bawah terik matahari yang menyengat. Suara debur ombak mulai terdengar membuat saya senyum-senyum sendiri. Ada ketenangan mengalir dalam diri. Mungkin ini salah satu alasan mengapa para thalassophile betah berlama-lama di bibir pantai.

Pintu Masuk Kawasan Wisata Teluk Penyu dan Benteng Pendem Cilacap. Gambar: nasirullahsitam.com

Harga Tiket Masuk Wisata Benteng Pendem

Ternyata tiket sebelumnya berbeda dengan tiket masuk ke benteng. Sekarang bayar lagi dengan nominal sama, Rp7.500,- per orang. Oke, tidak mahal. Dua tiket sudah di tangan, yuk kita jalan-jalan. Selamat datang di objek wisata Benteng Pendem Cilacap.

tiket masuk teluk penyu dan benteng pendem
Tiket Masuk

Jelajah Benteng

Parit

Pandangan pertama saya tertuju pada parit berukuran cukup lebar dan anak-anak yang berenang di dalamnya. Parit tersebut mengelilingi benteng, tapi saat ini baru tergali sepanjang 500 meter. Takjub melihat bangunan yang masih kokoh ini, pikiran saya langsung membayangkan bagaimana proses pembangunannya pada masa itu. Benteng ini memang dibangun oleh pemerintah Belanda, tapi pekerjanya rodi pribumi yang tidak boleh pulang oleh tentara Belanda untuk menjaga privasi keberadaan benteng. Ada kisah-kisah tragis menjadi bagian dari bangunan bersejarah ini. Kita doakan saja kebaikan untuk mereka. Mari kita lanjut berkeliling.

parit benteng pendem cilacap
Parit yang mengelilingi benteng

Terdapat Hewan Purba

Suasana asri menyambut begitu kita memasuki kawasan benteng. Benteng benar-benar dirawat untuk tetap menjaga keutuhannya setelah lama terpendam oleh pasir pantai. Berbelok ke kanan dari pintu masuk sekaligus loket pembelian tiket, saya menjumpai gerbang yang ukurannya lebih kecil dari gerbang di pembelian tiket. Sekilas seperti di Tanah Lot. “Cieee… foto kayak di Bali,” ledek Bapak. Preeet! Namun, pastinya gerbang ini memiliki arsitektur bangunan Rumah Joglo. Karena cuaca sangat terik, kami memilih mengaso beberapa menit di saung yang mengarah ke parit. Setelah merasa cukup, misi berkeliling benteng berlanjut. Baru beberapa langkah saya harus berhenti karena ada hewan purba bernama dinosaurus sedang duduk. Eit, foto dulu.

Ruang Barak

Untuk memudahkan pengunjung, pihak pengelola memberi denah lokasi benteng yang berada di depan ruang barak. Ruang barak ini memiliki 14 kamar, masing-masing berukuran 9,04 x 5,02 m. Hasil dari informasi yang saya baca di internet, dari 14 kamar satu di antaranya digunakan sebagai tempat pelampiasan nafsu seks para tentara penjajah. Dan kamar tersebut menjadi kamar paling angker. Sedih sekaligus horor, ya. Untung saya tau cerita ini setelah pulang. Jika tidak, bisa gagal jalan-jalannya. Parno duluan. Hahaha. Saya hanya melihat satu kamar, itu pun tidak masuk. Di depannya saja imajinasi saya sudah ke mana-mana. Hm. Selanjutnya, apabila mengikuti panah petunjuk arah, setelah ruang barak ada benteng pertahanan di bagian belakang. Saya ajak Bapak untuk melihatnya, tapi Bapak menolak. Doi takut ular. Huaahahahaha. Iya sih, agak semak juga. Kok saya ke-PD-an ya? Ah, mungkin karena cuaca cerah. Coba mendung, pasti aura mistis menumbuhsuburkan kehaluan saya. Hehehe.

Landasan Meriam

Karena Bapak takut ular, jadi kami memilih berbalik arah, menaiki bangunan benteng. Engap juga mendaki dengan tangga yang jaraknya pendek-pendek. Napas saya ngos-ngosan. Piyuh! Keringat saya bercucuran. Bapak sudah banjir peluh. Rambutnya yang mulai gondrong tidak jelas lagi ke mana arahnya. Hahaha. Syukur, di atas angin lumayan kencang, sehingga bisa menghempas peluh-peluh yang semakin membanjir. Kami kembali mengaso di saung. Ada beberapa saung yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat tanpa perlu menggelongsor di tanah berlapis rumput. Di dekat saung terdapat landasan meriam dengan ukuran diameter 6,10 m. 6 landasan berada di sebelah timur, 5 di sebelah selatan. Sayang, cuma landasannya saja. Kalau ada meriam ecek-ecek kan seru. Hihihi. Karena ga ada, alhasil saya cuma ngebayanginnya doang. Hiks.

Gardu pandang (kemungkinan) dan landasan meriam

Tembok di Depan Benteng

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, denah lokasi benteng berada di depan ruang barak. Jika menjelajahi benteng sesuai denah tersebut, maka masih banyak ruangan yang belum kami eksplor karena hari semakin panas. Namun, alasan sesungguhnya adalah kami lelah menghadapi medan benteng yang naik turun dengan perut keroncongan. Hehehe. Oleh karena itu kami memutuskan untuk mengakhiri petualangan. Mungkin lain waktu bisa datang lagi untuk melihat bagian lainnya, seperti penjara, terowongan yang katanya tembus ke pulau Nusa Kambangan, klinik, ruang rapat, gudang senjata dan sebagainya. Saat turun saya melewati tembok yang bisa jadi tembok pertahanan. Bentuk bangunananya berupa ruangan kecil berpintu-pintu.

tembok pertahanan
Tembok Pertahanan

Saat menuruni bangunan benteng saya melihat ada beberapa anak sedang bermain sepeda air bebek. Menurut saya objek wisata Benteng Pendem Cilacap ini cukup bagus. Fasilitasnya lengkap, ada musala, toilet, area parkir, bisa juga piknik sambil gelar karpet di beberapa tempat yang tersedia.

Souvenir

Yang ingin membeli oleh-oleh, di sekitaran benteng banyak pedagang yang menjual baju dan souvenir lainnya untuk kenang-kenangan.

Penjual suvenir

Setelah merasa cukup (sebenarnya lelah) berkeliling benteng (belum ada separuh benteng juga) saya dan Bapak ngacir menuju pantai, menikmati cuaca panas di temani teh manis dingin, angin yang lebih kencang dari biasa, serta deru ombak yang tiada habisnya. Jauh di tengah laut, beberapa kapal pembawa batu bara milik PLTU sedang parkir.

Terkadang pantai adalah sebuah sinema, hamparan pasir, deru ombak dan semilir angin sebagai tokoh utama dan kita entah pada scene keberapa tak sengaja duduk berdua membuat hal yang biasa kita sebut “CERITA”. -nom de plume (goodreads.com)

Baca juga: Masjid Azizi, Bukti Sejarah Kesultanan Langkat

Ya, semua memiliki cerita masing-masing, seperti bangunan di belakang saya, lautan di depan, dan kau yang selalu ada di samping saya. Semua akan menjadi sejarah. Semoga tulisan ini menjadikan kita tetap ingat sejarah dan menghargai perjuangan yang berdarah-darah. Sampai jumpa di petualangan saya dan Bapak berikutnya.

Referensi: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab. Cilacap-Jawa Tengah

Satu Komentar

Tinggalkan Balasan