Lifestyle

Mitigasi Perubahan Iklim: Anak Muda Bergerak dengan Gaya Hidup Minimalis

mitigasi perubahan iklim
Sumber: ellynurul.com, bbc.com/indonesia, finoo.id

Mitigasi perubahan iklim. Bill Gates dalam bukunya “How to Avoid Climate” mengatakan bahwa beberapa langkah lebih gampang daripada yang lain. Hal-hal mudah juga berpengaruh—menanam pohon untuk mengurangi emisi, misalnya, bagus untuk alasan lingkungan hidup dan politis, menunjukkan bahwa Anda peduli perubahan iklim.

Sudahkah kita peduli terhadap perubahan iklim?

Ada banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan agar bumi selamat dari ancaman perubahan iklim selain menanam pohon, salah satunya menerapkan gaya hidup minimalis atau minimalist lifestyle. Keren, kan, kedengarannya? Keren dong.

Apa itu hidup minimalis?

Konsep hidup minimalis adalah di mana kita menjalani hidup dengan sedikit barang, dan hanya memiliki barang-barang yang kita butuhkan saja. Hidup minimalis mampu mendatangkan kebahagiaan untuk diri sendiri. Dalam bukunya “Goodbye Things, Hidup Minimalis Ala Orang Jepang”, Fumio Sasaki mengatakan bahwa minimalisme adalah aspek penting dalam hidup saya menuju bahagia. Kini, saya menjalani hari dengan rasa bahagia yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.

gaya hidup minimalis
sumber gambar: akurat.co

Tidak sekadar mempengaruhi kondisi jiwa, ternyata menjadi seorang minimalis bisa berkontribusi dalam misi penyelamatan bumi. Kenapa? Karena tidak konsumtif sehingga meminimalkan limbah lingkungan.

Mengapa harus menjadi minimalis?

Menjalani hidup minimalis bukan berarti nggak bahagia dan nggak punya apa-apa kok, justru sebaliknya. Kita bahagia karena nggak perlu mikirin cicilan barang ini-itu, nggak repot membersihkannya, nggak pusing mau menaruh barang di mana, dan nggak perlu menimbun barang yang pada akhirnya dibuang karena tidak terpakai. Jika barang-barang tersebut kita buang, pasti berpengaruh pada lingkungan dan perubahan iklim.

Minimalis dan peran pemuda dalam mitigasi perubahan iklim

Kita sering mengeluh dengan kondisi bumi saat ini semakin panas. Lah, bagaimana bumi mau adem kalau prilaku konsumtif terus meningkat. Menurut data BMKG yang saya baca di cnbcindonesia.com, sejak tahun 1980 kenaikan suhu global meningkat dua kali lebih cepat daripada periode sebelumnya. Kenaikan suhu udara di Indonesia mengakibatkan cuaca ekstrem yang intensitasnya terus meningkat dan sering terjadi. Jadi, pahamkan kenapa belakangan ini di Indonesia sering terjadi bencana alam? Salah satu faktornya adalah perubahan iklim yang diakibatkan oleh prilaku manusia itu sendiri.

gaya hidup minimalis
memiliki sedikit barang berdampak pada kebaikan bumi. sumber gambar: dok. pribadi
tas belanja
tas belanja sebagai pilihan pengganti kantong plastik. penggunaan kantong plastik menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca. sumber gambar: dok. pribadi

Baca juga: Bubur Pedas: Makanan Para Sultan Melayu yang Masih Eksis

Kita sebagai makhluk bumi punya tanggung jawab untuk mencegah hal ini agar tidak semakin parah. Sebagai anak muda agen perubahan, sudah waktunya bergerak menyelematkan bumi dengan minimalist lifestyle. #TimeforActionIndonesia. Ada beberapa cara sederhana, anti ribet, dan pastinya menghemat biaya yang bisa kita lakukan dalam upaya mitigasi perubahan iklim, diantaranya:

1. Beli karena butuh, bukan karena diskon atau murah

Siapa yang nggak tertarik dengan barang yang lagi diskon gede? Ditambah gratis ongkir pula, lengkap lah keinginan untuk memiliki barang tertentu. Tapi sebelum membeli ada baiknya berpikir dulu, apakah barang tersebut sangat kita butuhkan atau sekadar hasrat ingin punya saja. Jika alasannya hanya ingin punya, maka lebih baik tidak membeli, karena hal ini membuat kita bisa menghindari prilaku menimbun barang.

2. Beli barang sesuai fungsi

Barang kalau tidak terpakai tetap saja menjadi sampah, meski tidak dibuang di tempat sampah. Sama halnya seperti beli barang karena butuh, beli barang sesuai fungsi merupakan cara postif menyelamatkan bumi dari bahaya perubahan iklim yang sedang mengancam.

3. Daur ulang barang bekas sesuai kebutuhan

Jika bisa berhemat dengan mendaur ulang, kenapa mesti beli baru. Ide mendaur ulang dapat mengasah kemampuan kreativitas seseorang. Kita dipaksa untuk berkreasi, dan hal ini bisa bernilai ekonomis. Selain itu, kita telah berperan dalam mengurangi volume sampah yang semakin meningkat. Tau dong apa akibatnya kalau gunung-gunung sampah terus bermunculan. Tumpukan sampah hasil dari prilaku konsumtif kita menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berefek pada pemanasan global.

4. Membawa perlengkapan sendiri

Konsep hidup minimalis adalah memiliki sedikit barang, maka dari itu membawa perlengkapan sendiri adalah langkah awal dari minimalist lifestyle. Contohnya membawa tempat bekal makanan dan botol air minum yang tidak sekali pakai dan tas belanja. Kapan bumi mau adem kalau kita terus menerus menimbun tas belanjaan dari toko-toko retail? Kalau pun setelah berbelanja kita membuang tas belanjaan tersebut, hal itu bukan solusi juga. Tetap menjadi sampah. Jadi, untuk menghindarinya kita mesti punya tas belanja yang bisa dipakai dalam waktu lama. Begitu juga dengan wadah bekal dan botol air minum.

5. Memanfaatkan perkembangan teknologi

Teknologi berkembang kian cepat. Apa yang kita butuhkan ada dalam satu genggaman, seperti ponsel pintar. Ponsel pintar memiliki beragam aplikasi yang membuat kita semakin nyaman menjadi seorang minimalis. Dengan ponsel pintar kita bisa membaca buku (e-book), mendengarkan musik, menonton tv, menulis catatan, merekam video, memotret dan lain sebagainya tanpa memiliki satu per satu barang tersebut secara fisik.

Itulah lima cara sederhana anti ribet dan bisa menghemat biaya yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi dari krisis peningkatan suhu global. Gak mau kan kita hidup terus-terusan merasa gerah, maka dari itu sebagai anak muda sudah saatnya kita bergerak menjadi #MudaMudiBumi yang cinta lingkungan.

#UntukmuBumiku, aku bersumpah akan berbelanja sesuai kebutuhan dan tidak menimbun barang.


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog bertema “Saatnya Anak Muda Bergerak untuk Mitigasi Perubahan Iklim” periode 1-31 Oktober 2021, yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network.

Tinggalkan Balasan