Jalan-Jalan

Pengalaman Menginap di Harlys Residence Jakarta

Harlys Residence Jakarta. “Lagi musim hujan. Banjir di mana-mana. Macet,” begitu kata Mbak pengemudi taksi online yang membawa kami dari Bandara Soekarno Hatta menuju jalan Tomang, Jakarta. Entah seperti apa wajah ibu kota negara ini. Dari dalam mobil aku hanya bisa melihat jalanan yang diberi penerangan. Tidak banyak kendaraan. Aku sempat melihat beberapa titik genangan air. Suasana usai hujan terkadang menenteramkan, membuatku teringat akan kota kelahiranmu. Dia di jok depan asik berbincang dengan Mbak pengemudi tentang Jakarta kebanjiran. Aku tidak melihat jam, berapa menit perjalanan dari bandara ke Harlys Residence, tempat aku dan dia akan menginap selama dia dinas. Ini adalah hari ke empat pernikahan kami.

Kamar Harlys Residence

Dua koper berbeda ukuran keluar dari bagasi mobil, lalu kami masing-masing membawanya menaiki tangga menuju lobi. Lobi hotel ini tidak terlalu besar, sangat minimalis. Setelah urusan check in selesai kami kembali menggeret koper. Roda-rodanya berderak di atas lantai keramik. Di koridor yang juga tidak besar, menuju pintu lift, aroma masakan menguar. Lantai tiga, seingat saya. Pintu lift terbuka. Saya terus mengikuti langkah lelaki di depan. Setelah menempelkan key card pada door lock tampak kamar tipe standard dengan satu king bed. Fasilitas kamar, sama seperti kamar hotel pada umumnya. Ada TV, wifi, lemari, meja kerja, AC dan air mineral. Untuk kamar mandi cukup bagus dan bersih. Air panasnya sesuai harapan.

Tersedia 112 kamar. Selain kamar tipe standard, Harlys Residence Jakarta juga memiliki tipe superior (twin), superior (double), dan superior deluxe.

lobi hotel. sumber gambar: harlysresidence.com

Waktu salat Magrib masih ada. Kami salat bergantian mengingat ukuran kamar tidak bisa untuk salat berjamaah. Usai salat, saya membuka bekal nasi pemberian mamak saat di bandara keberangkatan. Kami makan bersama. Hidup berdua pun dimulai. Hahaha.

kamar hotel. sumber gambar: agoda.com
kamar mandi. sumber gambar: harlysresidence.com

Sarapan Pertama di Hotel

Ini adalah pengalaman pertama saya sarapan di hotel. Sarapan di Harlys Cafe. Gugup, udah pasti. Bapak bilang kepada saya untuk mengikutinya. Siap! Sajian secara buffet, prasmanan, dengan salah satu menu orek tempe membuat saya ber-oh dalam hati. Oh jadi begini sarapan di hotel. Kegugupan saya rupanya tak hilang meski sudah mengikuti apa yang Bapak lakukan, sehingga saya lupa menggunakan jepitan gorengan saat mengambil tempe mendoan. Oalah. Saya ambil saja pakai tangan. Salah sih ngga ya, tapi nilai table manner-nya berkurang. Huhuhu.

sarapan

Kalau melihat dari jumlah orang yang sarapan, tamu hotel ini cukup banyak. Nyaris tanpa kursi menganggur. Saya perhatikan sepertinya mereka pekerja. Mungkin seperti Bapak, melakukan perjalanan dinas. Mengingat lokasi Harlys Residence cukup stategis. Begitu review yang saya baca di beberapa aplikasi pesan hotel online.

sumber gambar: hikersbay.com
Baca juga: Staycation di Santika Premiere Dyandra Hotel Medan

Staf Housekeeping yang Ramah

Hari kedua. Seseorang mengetuk pintu kamar sambil berucap house keeping. Saya sempat ragu untuk membuka pintu. Setelah tiga kali housekeeping, akhirnya pintu saya buka. Sayangnya, kamar tanpa lubang intip, maka saya meyakinkan diri sebelum membukanya. Seorang perempuan berbadan agak gemuk dengan cekatan merapikan seprai, selimut, mengganti kantong sampah yang penuh, menyapu lantai, membersihkan kamar mandi, dan mengganti handuk. Semua dia lakukan dalam hitungan detik, alhasil pekerjaannya beres dalam beberapa menit saja. Sambil menyapu si Mbak mengajak saya ngobrol. “Sendir aja, Mbak?”, tanyanya. “Suami saya lagi meeting,” jawab saya. “Wah, seru dong, Mbak.” Dalam hati: apanya yang seru. “Jalan-jalan, Mbak ke … (saya lupa dia bilang apa) biar ga bosen di kamar terus.” Dengan berat hati saya balas, “Iya.” Tapi, saya takut Mbak. Hahaha. Mau keluar kamar saja takut apalagi jalan-jalan. Hiks. Tak lama kemudian si Mbak keluar sambil berucap terima kasih dengan aksen yang pasti bukan Medan.

Setibanya Bapak di kamar, pulang kerja, saya langsung cerita tentang si Mbak staf housekeeping tadi. Ternyata Bapak yang minta. Tapi lupa memberi tahu saya. Huh!

harlys cafe dan meeting room. sumber gambar: harlysresidence.com

Check out

Usai sudah tugas Bapak di Jakarta, kami akan melanjutkan perjalanan berikutnya. Pukul sembilan pagi setelah sarapan, Bapak membereskan urusan administrasi penginapan. Hanya sebentar. Kemudian dia kembali ke kamar menjemput saya dan membawa barang milik kami menuju parkiran. Ternyata hujan sangat deras. Kami menunggu taksi online di basement berukuran cukup luas. Ada sekitar sepuluh menit, bisa jadi lebih, mobil mini bus berwarna merah maroon itu baru tiba. Seorang petugas keamanan yang berjaga di area parkir hotel membawa payung membantu memasukkan koper ke dalam bagasi. Setelah memastikan tidak ada barang tertinggal, kami pun masuk ke mobil. Tujuan berikutnya adalah Stasiun Gambir.

Perlahan mobil berwarna merah maroon itu meninggalkan Jalan Tomang Tinggi Raya, di bawah guyuran hujan kota Jakarta. Gedung Harlys Residence Jakarta tertinggal di belakang.

Ada kenangan tertinggal di sini. Dan, ini perjalanan pertamaku bersamamu, melihat ibu kota negara yang dulu hanya kudengar namanya saja. Kulihat kesibukannya lewat gambar dan layar kaca.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: