Bubur Pedas: Makanan Para Sultan Melayu yang Masih Eksis
Bubur pedas bukan lagi makanan untuk para sultan atau keturunannya, makanan khas Melayu yang dimakan dengan anyang pakis ini sudah akrab di lidah masyarakat Melayu di Sumatra Utara. Tidak afdal rasanya jika bulan Ramadan, acara syukuran, atau pesta pernikahan tanpa kehadiran bubur pedas. Menurut beberapa sumber, pada awalnya bubur pedas merupakan hidangan yang penyajiannya hanya di lingkungan Kesultanan Deli sejak tahun 1909, di masa kepemimpinan Tuanku Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alam Syah. Jamak diketahui, selain bagian dari makanan suku Melayu daerah Sumatra Utara (dulu sebagai wilayah Sumatra Timur), bubur pedas juga menjadi hidangan bubur tradisional suku Melayu Sambas, Kalimantan Barat. Memang makanan khas ini memiliki nama serupa, namun resepnya tentu berbeda. Di daerah Sumatra Utara sendiri pun bubur pedas memiliki beberapa versi, seperti bubur pedas Melayu Tanjung Balai, Melayu Asahan, Melayu Langkat, dan Melayu Deli atau Medan.
Tidak seperti namanya bubur pedas, bubur dengan bumbu yang terbuat dari empat puluh jenis dedauan dan rempah rasanya tidak benar-benar pedas, melainkan gurih, sehingga pembuatan bubur pedas pun sangat unik. Indonesia bangga akan kekayaan floranya, dan bubur pedas menjadi bagian dari pemanfaatan kekayaan flora tersebut. Perpaduan rempah-rempah nusantara, aneka dedaunan yang memiliki khasiat tinggi, rimpang, beras, umbi-umbian, dan kacang-kacangan menjadi komposisi sempurna makanan khas Melayu ini. Dikenal sebagai makanan Sultan Melayu pada zamannya, sekarang pun bubur pedas tetap eksis di kalangan milenial. Meski sudah melintasi berbagai generasi bubur pedas masih memiliki banyak penikmatnya. Oleh sebab itu, bubur ini sangat terkenal.
Bubur Pedas Bagian dari Budaya
Salah satu dari keanekaragaman panganan lokal Indonesia, bubur pedas adalah bagian dari budaya Melayu yang tidak terpisahkan. Melestarikan budaya artinya ikut menjaga lingkungan. Ada sejak puluhan tahun silam, di mana Indonesia masih berupa kerajaan, hingga sekarang bubur pedas masih tersaji menjadi hidangan istimewa di setiap acara keluarga dan acara di kalangan pegawai kantoran. Mengandung nilai-nilai luhur, pembuatan bubur pedas biasanya secara bergotong royong sehingga mempererat hubungan kekeluargaan, persahabatan, dan menjaga lingkungan tetap harmonis.
Bubur Pedas Berperan dalam Menjaga Ketahanan Pangan
Indonesia selain sebagai negara dengan beragam budaya, dikenal juga sebagai negara agraris. Sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian. Dengan demikian, ketahanan pangan masih tetap terjaga. Namun, melihat jumlah pertumbuhan penduduk yang semakin besar, apakah ketahanan pangan tetap bisa stabil? Apalagi lahan yang ada harus bersaing dengan pembangunan yang terus meningkat. Jadi, untuk mengatasi masalah ketahanan pangan perlu adanya solusi. Sesederhana apa pun solusi itu pasti berdampak positif, salah satunya dengan mempertahankan tradisi sajian bubur pedas yang mana bubur pedas merupakan diversifikasi pangan lokal yang bisa menjadi sumber karbohidrat pengganti nasi. Karena diversifikasi pangan adalah kunci ketahanan pangan, maka kita perlu mempertahankan tradisi sajian bubur pedas tersebut.
Melestarikan Keanekaragaman Budaya di Indonesia
Dunia kuliner sudah menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan masyarakat Indonesia mau pun dunia. Maraknya jajanan asing masuk ke Indonesia bukan tidak mungkin membuat pangan lokal berubah asing di negeri sendiri. Kemudian, hampir setiap restoran di kota-kota besar mengandalkan jajanan luar sebagai menu utama, seperti ramen, sushi, tteokbokki dan lain sebagainya. Belum lagi restoran siap saji terus membuka cabang di setiap daerah di Indonesia. Semua ini bisa saja membuat pangan lokal menghilang secara perlahan tanpa kita sadari. Oleh karena itu, perlu adanya kontribusi untuk tetap menjaga keanekaragaman budaya, termasuk panganan lokal agar tetap eksis sepanjang masa dan mampu bersaing dengan makanan asing yang terus menjamur. Ada berbagai upaya bisa dilakukan untuk menjaga keanekaragaman tersebut, antara lain:
1. Memperkenalkan Panganan Lokal Lewat Internet
Di era digital ini internet sudah menjadi bagian dari kebutuhan dasar manusia dalam beraktivitas. Memperkenalkan panganan lokal termasuk bubur pedas lewat internet adalah salah satu cara efektif karena mampu menjangkau berbagai negara. Contohnya membuat ulasan makanan di sosial media atau platform lain.
2. Festival Budaya
Di Indonesia biasanya ada festival budaya setiap tahun. Sudah pasti kegiatan seperti ini menargetkan pengunjung dari berbagai daerah. Momen festival budaya sangat tepat untuk memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia termasuk, pangan lokal. Di Sumatra Utara, pemerintah kota Medan melaksanakan kegiatan Ramadan Fair setiap tahunnya. Di sini diperkenalkan produk-produk dari berbagai daerah. Tidak ketinggalan bubur pedas pun menjadi andalan yang dipamerkan, sehingga semakin banyak orang yang tahu.
3. Mengajarkan Resep Kepada Generasi
Di Kab. Langkat, beberapa sekolah mengenalkan bubur pedas kepada para siswa dengan mengajarkan secara langsung cara pembuatan makanan lokal ini. Dan menjadi pelajaran ekstrakulikuler dalam memperkenalkan dan mempertahankan budaya yang sudah ada sejak zaman kerajaan. Dengan begitu resep bubur pedas tidak hilang seiring waktu dan perubahan generasi.
4. Menjadikan Bubur Pedas Sebagai Bisnis
Selain mempertahankan tradisi dan budaya lokal, bubur pedas mampu menjadi pendorong pergerakan ekonomi masyarakat. Saat bulan Ramadan, bubur pedas adalah makan yang memiliki banyak peminat. Masyarakat memilih bubur pedas sebagai menu berbuka puasa. Secara langsung generasi muda mengenal makanan lokal ini, sekaligus melestarikannya lewat berbisnis.
5. Menyajikan Bubur Pedas di Acara Keluarga
Hampir di setiap acara keluarga suku Melayu bubur pedas menjadi sajian istimewa. Meneruskan tradisi para orang tua (leluhur) juga bagian dari memelihara keanekaragaman budaya di Indonesia.
Indonesia bikin bangga siapa saja yang mengenalnya. Kekayaan alam, keragaman budaya harmonis dalam satu bingkai Bhenika Tunggal Ika. Gemah ripah loh jinawi bukan sekadar omongan belaka, fakta yang ada membuktikan Indonesia benar kaya. Dengan demikian, mari bersama kita jaga keanekaragaman yang ada. Orang Melayu mengatakan: “Kalau hidup hendak selamat, peliharalah laut dengan selat. Peliharalah tanah berhutan lebat. Di situlah terkandung rezki dan rahmat.” – Tenas Effendy (sastrawan)